Kajian: 1979
Doa meminta keamanan ini pun dikisahkan di dalam ayat lainnya,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آَمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آَمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ
Artinya :
"Ingatlah ketika Ibrahim berdoa; 'Wahai Rabbku jadikanlah negeri ini aman tentram dan curahkanlah rezeki kepada penduduknya dari berbagai jenis buah-buahan, yaitu kepada orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir di antara mereka…'" (Albaqarah 126)
[7/4 18.51] Kajian: 1980
Maka Allah pun kabulkan doa beliau, sebagaimana firman-Nya,
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ
Artinya :
"Tidakkah mereka memperhatikan, bahwa Kami telah menjadikan negeri mereka tanah suci yang aman, padahal manusia di sekitarnya saling merampok." (Al Ankabut 67)
Kajian: 1981
Ibnu Jarir Thabari meriwayatkan dari Mujahid tentang tafsiran surat Ibrahim ayat 35 di atas bahwa beliau mengatakan,
"…Allah mengabulkan doa beliau, yaitu dengan menjadikan negeri Mekah aman, mencurahkan rezeki kepada penduduknya dengan berbagai jenis buah-buahan, menjadikan beliau sebagai sosok imam/pemimpin teladan, menjadikan keturunanannya sebagai orang yang mendirikan sholat, dan Allah pun mengabulkan permintaannya…" (Jami'ul Bayan).
Kajian: 1982
Allah juga memerintahkan untuk mensyukuri nikmat keamanan dengan beribadah kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Allah ta'ala berfirman,
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
Artinya :
"Maka hendaknya mereka beribadah kepada Rabb pemilik rumah/Ka'bah ini, yaitu yang telah memberikan makanan kepada mereka sehingga terbebas dari kelaparan, dan memberikan keamanan kepada mereka sehingga terlepas dari cekaman ketakutan." (Al Quraisy: 3-4)
Kajian: 1983
Ibnu Katsir mengatakan, "Allah mengaruniakan kepada mereka keamanan dan murahnya segala sesuatu diperoleh di sana, maka semestinya mereka mengesakan-Nya semata dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam beribadah dan tidak justru menyembah kepada selain-Nya, entah itu berujud patung, sesembahan tandingan, ataupun berhala dalam bentuk apa saja." (Tafsir Qur'an al-'Azhim 593)
Kajian: 1984
Syaikh Sa'di mengatakan :
"Rezeki yang melimpah ruah dan rasa aman dari cekaman ketakutan termasuk nikmat keduniaan yang paling besar, yang sudah semestinya melahirkan sikap dan perilaku bersyukur kepada Allah ta'ala." (Taisir Karim ar-Rahman).
[7/4 20.39] Kajian: 1985
Ayat di atas mengajarkan kepada untuk mensyukuri nikmat keamanan, sedangkan bentuk syukur yang paling agung bahkan yang menjadi pokok adalah dengan mentauhidkan Allah Swt dalam beribadah. Termasuk dalam realisasi rasa syukur adalah dengan memelihara keamanan dan tidak merusaknya dengan berbagai bentuk teror dan kekacauan.
Kajian: 1986
Oleh karena itu, dakwah tauhid yang diserukan oleh para ulama Ahlus Sunnah di sepanjang jaman senantiasa memperhatikan hal ini yaitu terjaganya keamanan dan ketentraman umum serta keselamatan umat dari kekacauan politik dan sosial serta menyingkirkan ambisi-ambisi pribadi atau golongan yang ingin meraih tampuk kekuasaan walau dengan tujuan memberantas kemungkaran. Sebab dengan stabilitas keamanan akan muncul manfaat yang meluas bagi masyarakat secara umum dan umat Islam pada khususnya, dan Ahlus Sunnah terlebih khusus lagi.
Kajian: 1987
Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, "Wajib untuk mendengar dan taat kepada para pemimpin dan Amirul Mukminin yang baik maupun yang fajir dan siapa pun yang menduduki tampuk khilafah, yang umat manusia telah bersatu di bawah kekuasaannya dan ridha kepadanya. Demikian juga terhadap orang yang berhasil menggulingkan kekuasaan mereka dengan pedang/senjata sehingga merebut posisi khalifah dan dijuluki sebagai Amirul Mukminin." (Ushul Sunnah)
0 Komentar