Dahsyatnya Pengaruh Belajar Online Saat Pandemi Terhadap Akhlak Peserta Didik
Oleh : Ida KholidahPeralihan kondisi pandemi ke kondisi endemi mulai terlihat saat ini. Arus mudik dan arus balik memadati jalan antar kota, begitu pula di pelabuhan dan bandara yang tidak kalah ramainya menandakan animo masyarakat merindukan kondisi normal yang telah 2 tahun ini tidak dirasakan akibat wabah yang membelenggu kehidupan umat di belahan dunia manapun. Kini pusat perbelanjaan sudah mulai penuh tanpa batas, kendaraan angkutan karyawan sudah memenuhi jalanan pada jam-jam pergantian shift, sekolah-sekolah yang sudah ramai aktif dengan berbagai kegiatan, serta tempat lainnya yang semula dibatasi kegiatan pertemuannya bahkan sempat dinon-aktifkan sementara sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan untuk mencegah penyebaran virus saat pandemi yang berkepanjangan.
Qadarullah semua berangsur kembali normal walaupun dampak kondisi pandemi menyisakan beberapa kisah yang cukup memprihatinkan mengiris kalbu terutama di dunia pendidikan kita, namun sebagai orang beriman kita harus yakin bahwa di setiap kejadian pasti ada hikmahnya.
Saat pandemi secara otomatis peserta didik dan guru tidak bisa bertatap muka untuk melakukan pemelajaran seperti biasanya, maka Dinas Pendidikan mengatur strategi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk kegiatannya pada setiap sekolah. Walaupun banyak polemik tetapi hanya itu cara yang bisa dilakukan agar peserta didik bisa terus belajar saat pandemi. Tidak dipungkiri banyak sisi positif yang didapat di samping sisi negatifnya misalnya dengan kondisi peserta didik yang selalu tidak lepas dengan gadget membuat mereka dan orang tuanya yang membimbing belajar menjadi lebih mengenal bahkan memahami gadget serta fitur-fiturnya sehingga yang tadinya gaptek menjadi "kekinian". Kondisi ini selain melahirkan hal positif juga menimbulkan sisi negatif seperti misalnya peserta didik dengan mudah mengakses gambar atau video yang tidak seharusnya mereka lihat. Hal ini disebabkan karena iklan-iklan pornografi bermunculan saat mereka belajar secara online begitu banyaknya tanpa sensor yang memadai sehingga hasrat ingin tahu mereka tidak bisa terbendung apabila pondasi agama yang terpatri pada jiwa mereka kurang kuat.
Sungguh sangat miris saat kasus-kasus amoral ataupun asusila bermunculan saat pandemi hingga kini pada peserta didik kita, ketika disurvey wawancara rata-rata mereka pengguna gadget yang intens hingga ketagihan menonton video porno yang sering muncul gambarnya tiba-tiba saat mereka belajar online. Hasrat pubertas mereka menjadi penasaran ingin tahu saat melihat gambar porno melintas di layar. Bagi mereka yang pondasi agamanya kurang kuat maka hasrat keingin tahuannya akan langsung mengakses gambar tersebut yang pada akhirnya merasa ketagihan bahkan ingin mencoba mempraktekkannya. Adalah kemudian menjadi tugas orang tua dan guru untuk membimbing, mengontrol dan menyadarkan mereka akan bahayanya menonton video porno terhadap pertumbuhan otak dan mental mereka. Pendekatan keagamaanlah yang menjadi solusi jitu selain pendekatan lainnya yang mendukung pemulihan mental mereka. Sebagai perbandingan hasil survey terhadap peserta didik yang gemar menonton video seperti itu diantaranya adalah tidak ada keinginan untuk belajar lagi, suka menyendiri, pandangannya menjadi kosong/ sering melamun, sensitif, cepat marah serta tidak mau mendengarkan nasihat dari orang tua dan gurunya sehingga pelajarannya ketinggalan karena waktunya sudah terkuras dengan menonton, berhubungan online (chating) bahkan berhubungan langsung secara offline. 'Audzu billaahi min dzaalik....Wallaahu a'lam
Baraakallahu lanaa wa lakum.
0 Komentar