WE MUST BE RICH
by. Aceng Mukhtar
Junjunan kita Nabi Muhammad SAW dalam masa mudanya hidup sebagai seorang pengusaha yang sukses mendekontruksi kebiasan berdagang kaum jahiliyah yang jauh dari tuntunan agama yang benar.
Karena pada waktu itu praktek kebathilan dalam berdagang sudah menjadi "Lifestyle" (gaya hidup) kaum jahiliyah melakukan kecurangan, penipuan dan lain sebaginya. Begitupun dengan salah satu sahabat yang terkenal Abdurrahman bin Auf, seoraang pengusaha yang kaya raya karena beliau tidak mengenal cara berdagang kecuali dengan cara kontan walaupun keuntungan yang didapatnya sedikit.
Dikemudian hari Islampun tegak lurus dan bisa menyebar keseluruh penjuru dunia, berkat jasa para pendakwah dan pengusaha yang kuat. Itulah sebagaian contoh yang telah tertulis didalam sejarah Islam. Harus kita ketahui bahwa pristiwa dalam ilmu sejarah akan terjadi pengulangan walaupun subjek, objek dan waktu yang berbeda semua itu harus menjadi "uswatun hasanah" agar kita bisa menatap masa depan yang baik dikehidupan dunia dan akhirat.Historia Vitae Magistra
Sejarah adalah guru yang terbaik, maka dari itu seorang muslim harus kaya dan kuat agar bisa menegakan dakwah dengan hikmah dan kebaikan muamalah yang baik. Tentu hal itu harus mengamalkan tuntunan dan pengalaman bidang muamalah yang baik yang telah diajarkan oleh para ulama dahulu. Harus kita ketahui bahwa sangwaktu di ibaratkan satu bentang garis lurus dimana kita hidup ditengah dua titik antara garis sebelumnya yang panjang dan sesudahnya panjang tanpa batas.
Oleh karena itu, keterbatasan umur kita hidup di dunia jangan sampai di buat tidak bermanfaat atau tidak dipakai ibadah yang benar yang tidak pilih pilih mana yang haq dan yang bathil harus tegas dan tidak warna abu abu. Hanya ada dua pilihan jalan kehidupan kita di dunia, satu jalan sesat dan satunya jalan selamat, sebagamana Syekhuna Engkang KH Afif Hasanudin karya tulis Arab pegon dalam kitab Asrorus'sholat
ارى امة ٢ ايت كابكى كان دوا با كيان اياانومؤمن جع ايا انؤ كافر٫ جع ارى انو مؤمن ايا انو طاعة انو سابنر٢نا نروةكان احران٢ رسولنا جع ايانومعصية.
(umat terbagi kepada dua bagian, ada yang mumin dan ada yang kafir. Dan mumin ada yang ta'at yang sebenrnya mengikuti ajaran Rosulnya dan ada mumin yang maksiat. (Asrorus sholat, pasal:2 hal: 4,5).
Dan bisa disebut dengan golongan kanan ialah orang Islam yang melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya, sedangkan golongan kiri ialah orang kafir yang ingkar terhadap ajaran Islam. Oleh karena itu kita dalam kehidupan muamalah pun seyogyanya harus sesuai dengan yang di ajarkan oleh Nabi, para Sahabat dan para Ulama yang soleh agar masuk pada golongan kanan yang selamat.
Kita sebagai seorang muslim yang bertaqwa, tidak lagi berpola pikir dan mengikuti cara jalan berbisnis orang kafir yang menghalalkan segala cara agar bisa hidup sejahtera dan berjaya di dunia, yang sebenarnya hanyalah bersipat fantasy saja. Mitos yang kuat di masyarakat dengan dasar pemikiran yang kurang tepat bahkan telah menjadi lifestyle bahwa kita harus memanfaatkan program permodalan(kavital) dari lembaga lembaga keuangan yang bathil yang sebesar besarnya agar kita bisa bersaing dengan non muslim.
Ada anggapan lain mengatakan bahwa akan terjadinya resesi secara makro apabila masyarakat menghentikan bayar hutang lebihnya ke lembaga keuangan, memang benar dan wajib kalau hutang itu harus dibayar, kesiapapun kita berhutang termasuk berhutang ke non muslim. Bahwa sebenarnya yang menjadikan resesi secara makro itu diakibatkan oleh dari pihak pemberi pinjaman yang secara masif dengan berbagi program bentuk pinjaman, yang diberikan kepada masyarakat.
Pada akhinya memunculkan danpak buruk bagi sipenghutang diantaranya, menjadi candu dalam berhutang, kehidupan rumah tangga menjadi tidak teratur, kejahatan sosial dan tingkat kriminalitas, meningkatnya korupsi, kolusi dan nepotisme.
Ada yang kecendrungan menjadi candu sampai akhir hayatnya meminjam untuk bisnis. Coba kita berpikir sebaliknya, siapa yang mau tanggung jawab, banyak masyarakat yang bangkrut usahanya, apakah anda yang mau membayarkan hutangnya, ataukah lembaga keuangan sekalipun, belum tentu bisa, mau menerima kalau uangnya hilang begitu saja, yang pasti terjadi penyitaan aset jaminan dan lain sebagainya.
Banyak sekali, masyarakat yang terbujuk rayu dan karena ada anggapan bahwa usaha harus memakai modal uang dari lembaga keuangan agar bisa tumbuh dan maju. Disamping itu karena gaya hidup masyarakat yang hedonisme dan mitos lain biar tekor asal kesohor yang sehingga berbagai macam keinginan hidup di paksaksa agar bisa terpenuhi, dimulai dari keinginan memiliki kendaraan, elektronik, rumah dan lain sebagainya semua itu hasil dari hutang.
Padahal kebutuhan berbeda dengan keinginan, kebutuhan lebih bersipat sangat urgent seperti halnya makan dan minum.
Pertanyaannya bagaimana Negara mau kuat?,.. Apabila prajurit dan masyarakatnya terbelunggu dan tergadaikan jiwa dan raganya oleh hutang. Seorang prajurit atau sekalipun seorang jendral apabila dirinya memiliki hutang pasti jiwanya tidak lagi memiliki rasa patriotisme, apabila di perintah berperang, yang ada malah rasa malu dan takut oleh Devkolektor penagih hutang yang belum dibayar yang sudah jatuh temponya. Apalagi masyarakat sipil yang harus ikut wamil (wajib militer), karena negara dalam keadaan geting.
Hari hari dipemberitaan bahwa banyak sekali negara bangkrut karena hutang, kabarnya Indonesia pun hutangnya sudah mencapai 7000 (tujuh ribu) triliun, sebenarnya angka itupun sebagian masyarakat juga ikut menaikan angka hutang tersebut, karena banyak masyarakat yang berhutang ke lembaga keuangan swasta dan negeri ataupun ke renternir.
Maka dari itu kita harus kaya dan kuat, agar bisa membantu Negara dalam hal ketahanan keuangan. Bagaimana caranya, bayarlah hutang dan kita tidak lagi terjebak oleh hutang, karena bayar hutang itu pasti tanggal jatuh temponya sedangkan dalam berbisnis keuntungan itu tidak pasti, jadi membayar sesuatu dengan yang tidak pasti itukan koyol namanya. Sebenarnya memang Kanjeng Nabi Muhammad SAW pun pernah melakukan meminjam/ menggadaikan baju Jirah (baju perang) kepada salah seorang Yahudi, itu dilakukan karena keterpaksaan untuk bisa makan, tidak dipergunakan pada hal hal yang sipatnya keinginan (hedonisme)
Situasi sekarang pada waktu akhir ini sebelumya ada bencana Covid 19 selama 2 (dua) tahun lebih, kemudian ditambah terjadinya perang antara negara Rusia dan Ukraina yang sehingga efeknya terasa pada negara negara berkembang, Di kabar berita televisi bahwa Menteri Perdagangan pernah mengatakan "hari ini yang kita hadapi bukan lagi bencana Covid 19 tapi bencana kenaikan harga barang".
Yang menjadikan kenyataanya pahit bahwa banyak sekali pelaku usaha yang gulung tikar dan tidak bisa membayar cicilan pinjaman usahanya, karena adanya salah satu danpak besar dari situasi Covid 19, selama kurun waktu 2 (dua) tahun silam sehingga masyarakat di paksa untuk berbisnis dirumah saja. Kita kalau mau berbisnis jangan pertama yang ada didalam pikiran itu modal uang, itu lagi lagi masalahnya klasik bila kita tanya seseorang mau bisnis harus punya modal (kavital) uang yang banyak, uang memang salah satu yang menjadi penunjang untuk bisa berbisnis.
Kita diciptakan sebagai mahluk yang berakal, dan sempurna wajib bersyukur kepada Sang Kholiq Allah SWT. Modal untuk usaha/bisnis sudah ada didalam diri kita, asal ada kemauan pasti ada jalan keluar (solusi). Modal yang baik adalah keuntungan dari usaha bisa diputarkan kembali untuk membangun dan mengembangkan usaha baru atau memperkuat usaha yang sedang berjalan baru itu seorang pengusaha, bukannya mengandalkan pinjaman uang dari luar.
Yakin tanpa tapi dalam usaha itu merupakan salah satu kunci sukses bisnis, semoga umat Islam bisa kaya dan Negara kuat Aaamiiin.
والله اعلم بالصواب
by. Aceng Muhtar
0 Komentar