MENGIMANI QADHA DAN QADAR ALLAH SWT
Oleh:
Ihat Solihat, M. Ag.
Iman kepada qadha dan qadar Allah Swt merupakan rukun iman yang
keenam. Rukun iman ini juga sejajar kedudukannya dengan rukun-rukun iman yang
lain. Mengimani semua rukun iman menjadi satu keniscayaan bagi setiap orang
yang sudah memproklamirkan dirinya sebagai muslim.
Qadha dan qadar Allah Swt biasa dinamakan dengan takdir. Takdir
sendiri dibagi menjadi dua, yaitu takdir mubram dan takdir muallaq. Takdir
mubram adalah yang tidak bisa diubah oleh usaha manusia, ini merupakan hak
prerogatif Allah Swt. Contoh takdir mubram adalah kematian. Seseorang, tidak
bisa mrnghindar dari kematian, semua yang bernyawa pasti akan mengalami
kematian.
Takdir yang kedua adalah muallaq, yaitu takdir yang mungkin bisa
diubah oleh usaha manusia. Salah satu contoh takdir muallaq adalah kekayaan
seseorang. Seseorang ya rajin, ulet, dan sungguh-sungguh dalam berusaha, maka
mungkin dia akan memperoleh kekayaan seperti yang ia impikan.
Takdir Allah Swt berlaku untuk semuanya, manusia dan seluruh
makhluk dan alam semesta. Dimulai yang menurut pandangan manusia sederhana,
misalnya daun yang jatuh dari ranting, bunga yang beguguran, pohon yabg
mati, sampai peristiwa tabrakannya plabet
pada peristiwa kiamat nanti itu sudah ada dalam skenario Allah Swt. Termasuk
kejadian yang menimpa kepada manusia, baik masa lalu, masa kini, dan masa yang
akan datang, semuanya tidak luput dari skenario Allah Swt dalam bingkai
takdir-Nya.
Terkadang manusia merencanakan sesuatu untuk esok hari, tetapi
Allah Swt tidak mentakdirkan, msja gagallah rencana itu. Sebaliknya, manusia
tidak pernah berharap mendapatkan musibah, tapi Allah Swt sudah mentakdirkan,
maka musibah itu menghampirinya. Dan apabila musibah utu menimpa kepada kita,
maka tugas kita adalah mengucapkan
istirja', bersabar, hadapi dengan kepala dingin, dan sempurnakan dengan do'a
memohon kepada Dzat Pemberi Musibah agar segera diberikan kesabaran, diberikan
solusi, dan dijadikan pribadi yang lebih baik lagi.
Dalam konsep Islam sendiri, musibah bisa menjadi ujian dan menjadi
teguran tergantung kepada siapa musibah itu ditimpakan.
Apapun kondisi seorang muslim pada saat dtimpa musibah sudah
seharusnya mengambil ibrah/ pelajaran dari yang telah menimpanya. Karena
sejatinya, kewajiban seorang muslim harus adalah menyakini takdir Allah Swt yang baiknya
ataupun yang jeleknya, khairihi wa syarrihi
Allahu A'lam
(Purwarkarta,
12 Februari 2022, edisi pengingat diri)
0 Komentar